Friday 9 September 2016

Keep Yours

Keep Yours


Pernah, suatu kali aku benar-benar marah dengan keadaanku yang nampak sangat mengalah. Terlalu pasrah dengan keadaan yang kutahu tak akan pernah berdampak baik bagi hidupku.

Singapura yang cerdas, aku tahu itu. Dengan berbagai percakapan yang kami lakukan, akhirnya dia tahu, bahwa yang berbicara dengannya adalah aku, bukan sang pemilik akun yang kupakai.

Kesalahan yang dia lakukan disebutnya sebagai salahku.
Satu pihak bilang, pengkhianatan terjadi karena buruk sangka ku. Padahal kutahu dan kusadar, saat itu aku benar-benar menjadi manusia paling mempercayai kata-katamu.

Pihak yang lain menyebutku, wanita payah sambil bilang "keep yours, just keep your ************** well"

Aku mencoba dan terus mencoba menjaga.

Lalu, ternyata kini, kujelas membacanya. Membaca ajakan itu, dia yang kukira sudah menjadi manusia yang lebih baik. Dia yang menyalahkanku akan prasangka ku justru mengajaknya untuk bertemu.

Membayar hutang????
Bukan alasan yang tepat.
Ini zaman modern broooooo
Kau bahkan bisa membeli barang tanpa bertemu pembelinya.

Maaf,
Kau memberiku celah untuk benar-benar berburuk sangka padamu.
Kau membuatku semakin jauh darimu.
Kau membuatku berteriak dalam diamku.

keep yours


cerita enje
Keep yours

Sunday 21 August 2016

Bekerja

Bekerja


bekerjaAku tau benar, tak ada seorang ibu pun yang tega dan mau meninggalkan anaknya dengan orang lain dalam waktu yang lama. Tak ada satu pun wanita yang ingin lelakinya berada di jarak yang jauh dengan berbagai kemungkinan duniawi yang ada. Tak ada seorang anak yang ingin pergi jauh dari belaian dan pelukan orang tuanya. Namun terkadang takdir berkata lain, ada banyak alasan yang mewajibkan beberapa wanita pergi dari rumahnya. Meninggalkan semua rutinitas rumah yang memberikan banyak pelajaran baginya.


Bekerja di luar rumah bukanlah pilihan utama. Itu adalah pilihan terakhir yang harus kau ambil di saat dirimu tak memiliki pilihan lain. Bekerja di luar rumah, bukan hanya sekedar gengsi, namun itu bisa jadi kebutuhan diri agar anak-anak bisa berlari. Caci maki, sindiran, dan prasangka yang dilontarkan biarlah menjadi pecutan. Agar kau bisa ikut serta membahagiakan mereka, orang yang ikut menghinamu.

Bekerja adalah keharusan. Di rumah, di dalam rumah, atau di luar rumah. Dan kau harus menjalaninya.

Bekerja
Cerita En-Je

Saturday 20 February 2016

Mawar Terakhir

Mawar Terakhir

Sengaja ku berjalan kaki sepulang dari kantor hari ini. Jalanan terlalu sempit untuk dilewati mobil Rangerku yang gagah. Ku perhatikan kios bunga itu. Aku tahu, sesuatu mencuri perhatianku. Bucket mawar merah merekah terlihat amat segar di sana. Menarik langkahku mendekatinya.

Teringat wajah manis dalam senyuman itu. Entah mengapa, sudah sebulan ini ingatanku tak bisa lepas dari wajah mungil nan manis itu. Bunga Mawar Merah ini akan terlihat lengkap bila berada di tangannya. Kukeluarkan lembaran rupiahku begitu saja, mawar untuk yang termanis.
Terbesit sedikit ide untuk mengejutkannya malam ini. Kusimpan satu mawar untuk penutupnya.

Kupercepat langkahku agar cepat sampai di apartemen pujaan hatiku itu. Tempatnya tak begitu jauh dari kios ini. Gadis manis yang mandiri, penuh pesona dan menggetarkan hati siapa pun yang melihatnya. Mata yang indah dan bentuk tubuh sempurna memang sudah ditakdirkan menjadi miliknya.

Kusadar, jantungku berdetak semakin kencang saat kumelihat pintu rumah itu. Saat kumencoba mengetuk pintu itu, tak sengaja pintunya terbuka. Kulihat dia sedang bercumbu mesra dengan seorang lelaki, lelaki yang sering kulihat hampir tiap hari. Tetanggaku, lelaki dengan empat anak dan seorang istri yang mendekati usia senja.

Tak sadar, kutinju daun pintu yang sudah lemah itu. Dan kulempar sembarang bucket bunga mawar yang benar-benar merekah itu. Entah apa yang dirasakan sepasang anak manusia saat meraka memandangku, yang kutahu saat ini, aku ingin pulang.
Memberikan setangkai mawar terakhir yang kusimpan untuk gadis kecil yang biasa mengamen di depan gang rumahku.

mawar terakhir
Cerita enje
mawar terakhir

Monday 11 January 2016

Terbang

Terbang

"Ma, izinkan aku untuk terbang. Sekali saja, aku janji tak akan pernah mengecewakan mama. Kali ini saja" pintaku pada mama, mama yang selalu memberiku segala hal di dunia ini, kecuali izin terbang.
"Tidak nak, tinggallah saja di rumah, itu lebih aman. Karena jika kau terbang sekali, kau akan terus mengulangi, hingga akhirnya kau akan lupa pulang dan meninggalkan kami". Alasan yang sama yang selalu mama utarakan jika kumeminta izin terbang.

Setelah mendengar itu, semua temanku pergi sambil setengah tertawa, mengejekku.

Aku anak lelaki kesayangan mama. Sepeninggal papa, mama menjagaku berlebihan. Tak seperti teman-teman seusiaku yang sering pergi kesana kemari dengan leluasa, mama selalu mengantar kemanapun aku pergi. Demi keamanan, itu ucapnya. Malu dengan tingkah mama yang memperlakukanku seperti membuatku merencanakan suatu kejutan besar untuk mama dan teman-temanku.

Masa kecil yang kuhabiskan di dalam rumah, masa muda yang terbelenggu dengan penjagaan ketat membuatku jengah. Aku tak pernah menghirup udara bebas di masa muda, dan kini mama masih melarangku melakukan banyak hal.
Aku akan terbang.

Kudengar, teman-temanku mengadakan perjalanan terbang malam ini. Aku akan datang, aku akan terbang. Tanpa izin mama. Dengan sembunyi-sembunyi tentunya. Maafkan aku mama, ini semua salahmu yang terlalu mengekangku.

Saat ini, dihadapanku, teman-teman sedang menikmati indahnya terbang. Dan aku akan mencobanya.
Hingga.....
Pong....
Kenikmatan ini di luar imajinasiku, aku akan menambahnya lagi. Selamat tinggal semua. Aku akan terbang.

Dan,
Brakkkk.....
"Angkat tangan semua, kalian semua ditangkap karena telah mengadakan pesta shabu"
Seorang lelaki berjaket hitam itu diikuti sepuluh lelaki lainnya mengelilingi kami
"Siap komandan, semuanya enam orang. Dan akan kami bawa ke mabes terdekat"
Ucapnya kepada seseorang di seberang sana.
Apa???
Mabes?
Mama, tolong aku.....

Terbang
Cerita enje

Sunday 27 December 2015

gandeng tangan

Gandeng Tangan


"Sayang, maaf. Aku tak bisa pulang minggu ini. Pekerjaan harus selesai sebelum liburan Natal. Kukira, kepulanganku juga akan diundur. Kukirim segera uang untuk biaya liburan anak-anak besok"
"Iya Pa, kabari aku segera jika akan pulang"

Beres sudah perihal izin pulangku kepada istriku,Dinda di seberang sana. Sebenarnya, pekerjaan kantor sudah selesai kemarin. Namun, keadaan rumah yang ribut akan anak-anak dan suara cerewet istriku pasti akan membuat kepalaku pening dan hatiku tak tenang. Ditambah, badan istriku yang sudah tak enak lagi dipandang.

Tiiit . . . .
Ponselku bergetar. Nina, gadis cantik usia 19 tahun itu pasti sudah tak sabar menungguku di kotanya. Wajah oriental ditambah tubuh yang sintal itu selalu terbayang di pikiranku akhir-akhir ini. Penerbangan dua jam yang kutempuh ini tak akan kusia-siakan. Voucher dua hari untuk dua hotel berbeda telah di tangan.

Malam yang indah kuhabiskan bersama Nina di hotel ini memang tidak merugikan. Walau terkadang ponselku bergetar dengan wajah putri sulungku di layar. Ah,,, Masih banyak waktu untuk dua putriku yang menggemaskan itu. Dua hari ini aku ingin tetap berada di pelukan Ninaku sayang.

_ _ _ _ _ _ _

Huhff.....
Pantas saja Nina tak jadi bertemu denganku dua hari ini. Padahal aku sudah rindu suara lembutnya. Aku juga rindu pelukan hangatnya Kulihat dia sedang bergandengan tangan mesra dengan seorang lelaki, dan dia adalah suamiku.

gandeng tangan



Thursday 17 December 2015

Rumah Itu

Rumah itu


Aku terpekur di sini. Seorang diri. Memiliki beberapa orang teman tak berarti membuatku selalu bermain dan bercanda. Berbicara saja aku jarang. Mungkin memang nasibku harus selalu berdiam sambil memperhatikan mereka yang ada di sekitarku.

Hei lihatlah betapa bahagianya dia, selalu diajak bicara, diajak jalan-jalan, dan selalu disayang. Bahkan, hari ini kulihat dia dibelikan baju baru yang kutahu itu pasti dibeli dengan harga yang tidak murah. Tubuh semampai dan proporsional yang dimilikinya memang selalu mencuri perhatian setiap orang. Beberapa hari yang lalu rumah barunya sudah berdiri. Peralatan untuk minum teh terhidang setiap sore. Kegiatan rutin yang pasti menyenangkan. Dalam rumah baru dan keluarga yang lengkap.

Keluarga lengkap yang hangat. Ibu, ayah, beserta dua anak perempuan yang cantik. Dia selalu menghampiri keluarga itu setiap datang, tanpa memperhatikanku sama sekali. Keluarga lengkap yang hangat dan bahagia. Dalam lemari itu, disimpannya baju-baju yang indah itu dengan rapi. Setiap hari pakaiannya diganti, tak lupa rambut indahnya pun disisir. Rumah besar nan lengkap itu dibersihkan dan dirapikan setiap hari.

Aku iri? Ya, sangat iri.
Keinginanku untuk menjadi seperti dia sudah tumbuh sejak dulu. Rumah yang mewah dan keluarga yang lengkap. Tak lupa bercanda dan bermain setiap hari. Namun itu dulu. Semuanya berubah saat gadis cantik itu merayakan ulang tahunnya yang kedelapan.


Rumah yang selalu dirawatnya, keluarga lengkap yang bahagia telah berpindah ke dalam kardus di gudang belakang. Dan Kini berganti dengan meja berisi komputer harga mahal hadiah ulang tahun dari orang tuanya. Terlalu banyak yang berganti dan berubah, seperti keluarga boneka Barbie itu. Namun aku, bingkai tua tempat foto bayi cantik yang imut masih setia di dinding kamar. Tak tergantikan.